1.
Meluas (generalisasi), Cakupan makna sekarang (kini) lebih luas daripada makna yang lama.
Contoh:
a. Pelayaran ke negara Perancis itu dipimpin oleh Kapten Sugianto.
Dulu atau asalnya bermakna mengarungi lautan dengan perahu layar.
Kini kata pelayaran bermakna mengarungi lautan dengan kapal bermesin.
b. Siapa yang Ibu cari di sini?
memiliki makna asal orang tua kandung yang wanita.
Kata ibu saat dapat untuk menyebut wanita yang berkedudukan lebih tinggi daripada kita.
c. Saya tadi makan ikan.
Makna dulu atau asalnya adalah Hewan yang hidup di air
Kini arti dari ikan adalah Lauk pauk
d. Ayahku seorang petani sukses.
Dulu petani bermakna sebagai orang yang menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian di sawah.
Sekarang kata petani digunakan juga dalam bidang lain selain pertanian, misalnya, petani lele, petani ikan, dan petani tambak.
e. Aku sedang berkuliah di jurusan seni.
Dulu jurusan merupakan berarti jalur lalu lintas, tapi sekarang maknanya bisa menjadi bidang studi atau vak yang diambil ketika kita kuliah.
2. Menyempit (Spesialisasi), Cakupan makna kata yang sekarang lebih sempit atau terbatas daripada makna yang dulu atau makna asalnya.
Contoh :
a. Saya bercita-cita ingin menjadi sarjana pendidikan.
Dulu dipakai untuk menyebut cendekiawan atau orang pintar atau orang berilmu.
Sekarang kata sarjana dipakai untuk menyebut orang yang telah lulus dari jenjang strata satu di perguruan tinggi
b. Sekarang ini di kota-kota besar banyak terdapat biro jasa yang menyalurkan para pembantu.
Makna asal kata pembantu adalah orang yang membantu.
Sekarang kata pembantu dipakai untuk menyebut pembantu rumah tangga atau pelayan.
c. Pak Djito sangat berwibawa ketika sedang mengajar seni sastra di universitas ini.
Pada awalnya, kata sastra dapat digunakan untuk pengertian tulisan dalam arti luas atau umum.
Sekarang, sastra lebih diartikan sebagai tulisan atau bacaan yang berhubungan dengan seni.
3. Membaik (Ameliorasi), Suatu proses perubahan makna yang membuat makna kata baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilai rasa bahasanya daripada makna kata lama.
Contoh:
a. Anak-anak penyandang tunarungu pun berhak mengeyam pendidikan.
Kata tunarungu dirasakan lebih halus dan sopan nilai rasa bahasanya daripada kata tuli.
b. Dalam acara perpisahan siswa kelas III kepala sekolah hadir bersama istri.
Kata istri dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilai rasa bahasanya daripada kata bini.
c. Bibiku bekerja sebagai pramuwisma di rumah tetanggaku.
Kata pramuwisma mempunyai kesan lebih sopan atau terhormat daripada kata pembantu.
4. Memburuk (Peyorasi), Suatu proses perubahan makna yang membuat makna kata baru dirasakan lebih rendah nilai rasa bahasanya daripada nilai pada makna kata lama.
Contoh
a. Direktur perusahaan ini ternyata berbini tiga.
Kata bini dianggap baik pada masa lampau, tetapi sekarang dirasakan kasar.
b. Empat narapidana kabur dari lembaga pemasyarakatan itu.
Kata kabur dianggap baik pada masa lampau, yaitu lari, tetapi sekarang dirasakan kurang baik, yaitu menghilang.
c. Orang tuanya merupakan bekas karyawan di toko ini.
Dulu kata bekas masih dianggap baik yang bermakna mantan, tapi sekarang terkesan lebih kasar.
d. Orang Ini merupakan bibi baruku.
Dulu, kata bibi berarti istri dari paman, tapi sekarang bisa berarti panggilan untuk pembantu.
5. Sinestesia, Perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang berlainan.
Misalnya: pengecap, pendengaran, pendengaran, pengecap, penglihatan, pengecap
Contoh:
a. Suara penyanyi Erni Johan sampai saat ini masih empuk.
Kata empuk sebenarnya yang merasakan adalah indra peraba (kulit) dengan makna lunak atau tidak keras. Akan tetapi, pada kalimat tersebut kata empuk yang merasakan adalah indra pendengar ( telinga) dengan makna merdu.
b. Pidatonya hambar.
Kata hambar sebenarnya yang merasakan adalah indra pengecap (lidah) dengan makna tawar atau tidak ada rasanya. Kata hambar dalam kalimat tersebut yang merasakan indra pendengar (telinga) dengan makna monoton atau kurang menggairahkan
c. Sungguh kata-kata yang diucapkan sungguh pedas.
Kata pedas sebenarnya yang merasakan adalah indra pengecap (lidah) dengan makna tajam. Kata pedas dalam kalimat tersebut yang merasakan indra pendengar (telinga) dengan makna sangat menyakitkan hati.
d. Senyummu sangat manis.
Kata manis sebenarnya yang merasakan adalah indra pengecap (lidah) dengan makna enak. Kata pedas dalam kalimat tersebut yang merasakan indra penglihatan (mata) dengan makna sangat menarik hati
6. Asosiatif, Perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat.
Contoh :
a. Orang itu mencatut nama pejabat untuk mencari sumbangan.
Kata catut berarti alat untuk menarik atau mencabut paku dan sebagainya.
Berdasarkan persamaan sifat ini, kata catut dipakai untuk menyatakan makna mengambil sesuatu yang bukan haknya.
b. Janganlah kita membiasakan diri memberi amplop dalam mengurus sesuatu!
Kata amplop berarti alat untuk menyimpan surat.
Berdasarkan sifat ini, kata amplop dipakai untuk menyatakan makna memberi uang sogokan atau uang pelicin.
c. Kursi itu menjadi rebutan para anggota dewan.
Kata kursi berarti tempat duduk.
Berdasarkan sifat ini, kata kursi dipakai untuk menyatakan makna jabatan, kedudukan, atau posisi.
d. Pak Ganito merupakan salah satu anggota DPR tukang stempel.
Makna dari kalimat diatas adalah anggota DPR yang hanya diam tanpa melakukan sesuatu yang berguna.
sumber : http://fahmindra-4.blogspot.com/2013/05/pergeseran-makna-kata.html