PENGARUH MAKANAN CEPAT SAJI TERHADAP DAYA TARIK MAKANAN KHAS DAERAH
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KARYA ILMIAH SOSIOLOGI SEMESTER II SEBAGAI SYARAT KENAIKAN KELAS Oleh:
Agnes Olyvia Mariyadi
Stefanous Byan Arianta
X MIPA 1
SMAN 1 KOTA BLITAR
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Tulis : “Pengaruh Makanan Cepat Saji Terhadap Daya Tarik Makanan Khas Daerah”
Disusun Oleh : 1. Agnes Olyvia Mariyadi
2. Stefanous Byan Arianta
Kelas : X MIPA 1
Sekolah : SMAN 1 BLITAR
Alamat Sekolah : Jalan Ahmad Yani No. 112 Kota Blitar, Jawa Timur
Kategori Bidang Penelitian : Sosiologi
Guru Pembimbing : Dra. Hj. Latifah, M.Pd
Blitar, Maret 2016
Wali Kelas
Drs. Kafid NIP. 195706051992031008 | |
Stefanous Byan Arianta NIS. 19282 | |
Agnes Olyvia Mariyadi NIS. 18968 | |
Guru Pembimbing
Dra. Hj. Latifah, M.Pd NIP. 195701311983032006 | |
Mengetahui,
ABSTRAK
Agnes Olyvia Mariyadi dan Stefanous Byan Arianta (2016). Pengaruh Makanan Cepat Saji Terhadap Daya Tarik Makanan Khas Daerah. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kota Blitar. Pembimbing: Dra. Hj. Latifah, M.Pd.
Kata Kunci : Makanan cepat saji, Makanan khas Daerah
Makanan merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Makanan memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia. Pada jaman sekarang, manusia semakin dimudahkan dalam memenuhi kebutuhan makanan. Contoh yang dapat kita lihat saat ini adalah maraknya penyedia makanan cepat saji. Makanan jenis ini berkembang luas karena anggapan bahwa segala sesuatu yang berasal dari barat, termasuk makanan cepat saji lebih maju, modern, dan mengandung prestise (wibawa). Hal tersebut merubah pola hidup masyarakat dari yang semula sederhana menjadi konsumtif. Bahkan masyarakat Indonesia lebih memilih makanan cepat saji dibandingkan makanan khas daerahnya. Padahal jika dilihat dari segi gizi maupun bahan pumbuatannya, jelas makanan khas daerah lebih unggul.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah makanan cepat saji memiliki banyak perbedaan dengan makanan khas daerah, seperti asal, jenis, kandungan, dan lain-lain. Makanan cepat saji memang berpengaruh terhadap daya tarik makanan khas daerah, tetapi pengaruh tersebut tidak dapat dinilai secara langsung melainkan tergantung pada pola pikir setiap orang. Dengan keadanan ini, diperlukan suatu usaha untuk mendorong para generasi muda agar mencintai dan mau melestarikan makanan khas daerah.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis tentang Pengaruh makanan cepat saji terhadap makanan khas daerah ini tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai syarat kenaikan kelas.
Kami menyucapkan terima kasih kepada Ibu Latifah yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada orang tua dan teman-teman yang telah mendukung dan membantu baik dalam bentuk materi dan informasi sehingga karya ini dapat selesai tepat waktu.
Kami berharap karya tulis ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan pengaruh makanan cepat saji terhadap daya tarik makanan khas daerah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam karya tulis ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan karya tulis yang telah kami buat di masa yang akan dating, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga karya tulis sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan karya tulis ini diwaktu yang akan datang.
Blitar, Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
ABSTRAK............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................. 2
1.3 Pembatasan Masalah............................................................................. 2
1.4 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................... 3
1.6 Manfaat Penelitian................................................................................ 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................. 4
2.1 Deskripsi Teori..................................................................................... 4
2.2 Penelitian Relevan............................................................................... 8
2.3 Kerangka Berpikir................................................................................ 9
2.4 Hipotesis Penelitian............................................................................. 9
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 10
3.1 Lokasi Penelitian................................................................................ 10
3.2 Waktu Penelitian................................................................................ 10
3.3 Bentuk dan Strategi Penelitian.......................................................... 10
3.4 Sumber Data...................................................................................... 11
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................. 12
3.6 Teknik Cuplikan atau Sampling......................................................... 12
3.7 Validitas Data.................................................................................... 13
3.8 Teknik Analisis.................................................................................. 14
BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................... 15
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................... 15
4.2 Pokok-pokok Temuan Penelitian...................................................... 16
4.3 Pembahasan atau Analisis................................................................. 18
BAB V PENUTUP................................................................................................ 35
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 35
5.2 Saran................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 37
LAMPIRAN.......................................................................................................... 38
DATA DIRI PENULIS........................................................................................ 40
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Makanan memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa mengkonsumsi makanan. Pada zaman dahulu, manusia memenuhi kebutuhan makanan dengan berburu dan meramu. Berkembang ke zaman berikutnya, manusia mulai mengenal sistem cocok tanam dan berternak. Berbeda dengan jaman sekarang, manusia semakin dimudahkan dalam memenuhi kebutuhan makanan. Contoh yang dapat kita lihat saat ini adalah maraknya penyedia fast food atau makanan cepat saji. Kecepatan penyajian dan pelayanan oleh restoran cepat saji menyebabkan banyak masyarakat yang hampir tidak memiliki waktu luang beralih mengkonsumsi makanan cepat saji karena dinilai lebih efektif dan efisien. Selain itu Makanan cepat saji digemari oleh berbagai kalangan masyarakat karena rasanya yang lezat dan harga yang terjangkau. Namun masyarakat tidak terlalu memikirkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan akibat terlalu banyak mengkonsumsi makanan cepat saji.Masyarakat Indonesia beranggapan bahwa segala sesuatu yang berasal dari barat, termasuk makanan cepat saji lebih maju, modern, dan mengandung prestise (wibawa).
Hal tersebut merubah pola hidup masyarakat dari yang semula sederhana menjadi konsumtif. Bahkan masyarakat Indonesia lebih memilih makanan cepat saji dibandingkan makanan khas daerahnya. Belakangan ini di daerah Blitar dan sekitarnya telah muncul restoran-restoran cepat saji seperti KFC, Quick chicken, dan lain sebagainya. Masyarakat Blitar pun banyak yang lebih memilih makanan cepat saji dari restoran-restoran tersebut dibanding makanan khas daerahnya, seperti nasi pecel, wajik kletik, geti, dan lain-lain.
Oleh sebab itu, kami mengangkat persoalan ini sebagai objek yang akan kami teliti. Karena kami ingin mengetahui lebih jauh mengenai judul yang kami angkat, yaitu “Pengaruh makanan cepat saji terhadap daya tarik makanan khas daerah” . Seperti apa itu makanan cepat saji, bagaimana dampaknya terhadap makanan khas daerah, dan sebagainya. Juga untuk mendorong masyarakat agar mengkonsumsi serta melestarikan makanan khas daerah.
Kondisi yang kami harapkan setelah dituliskannya karya tulis ini adalah untuk memberi kemungkinan terkecil tergesernya makanan khas daerah akibat munculnya makanan cepat saji di daerah Blitar. Karena makanan khas daerah lebih sehat dan memiliki ciri khas daerah tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari objek yang kami teliti, kami menyimpulkan beberapa masalah yang kami temukan, antara lain :
1. Pengaruh makanan cepat saji adalah daya tarik yang ada atau timbul dari makanan cepat saji.
2. Daya tarik makanan khas daerah adalah kemampuan makanan khas daerah untuk menarik selera masyarakat.
1.3 Pembatasan Masalah
Agar fokus penelitian menjadi jelas dan terarah, Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh makanan cepat saji terhadap daya tarik makanan khas daerah, terutama daerah Blitar dan sekitarnya. Pertimbanganya adalah banyak makanan khas daerah Blitar yang kini kurang diminati masyarakat setempat dibanding makanan cepat saji yang kian marak ditemui.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa perbedaan antara makanan cepat saji dan makanan khas daerah?
2. Bagaimana dampak makanan cepat saji terhadap daya tarik makanan khas daerah?
3. Mengapa makanan khas daerah kurang diminati oleh masyarakat dibanding makanan cepat saji?
4. Bagaimana upaya dalam meningkatkan konsumsi makanan khas daerah di daerah Blitar?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang perbedaan antara makanan cepat saji dan makanan khas daerah.
2. Mengetahui dampak makanan cepat saji terhadap daya tarik masyarakat
yang menurun untuk mengkonsumsi makanan khas daerah.
3. Mengetahui penyebab menurunnya peminatan masyarakat terhadap
makanan khas daerah dibanding makanan cepat saji.
4. Untuk meningkatkan konsumsi makanan khas daerah di daerah Blitar dan memperkenalkan makanan khas daerah kepada masyarakat
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat bagi penulis :
1. Menambah wawasan penulis mengenai pengaruh makanan cepat saji terhadap daya tarik makanan khas daerah.
2. Memperoleh pengalaman baru dalam menulis karya ilmiah.
1.6.2 Manfaat bagi pembaca :
1. Menambah informasi atau wawasan pembaca mengenai pengaruh makanan cepat saji terhadap daya tarik makanan khas daerah.
2. Sebagai referensi dalam menulis karya ilmiah.
1.6.3 Manfaat bagi instansi :
1. Menambah referensi sekolah mengenai karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh makanan cepat saji terhadap daya tarik makanan khas daerah yang menurun.”
2. Memberi nilai tambah yang positif bagi sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Pengertian Makanan Cepat Saji
Terdapat beberapa definisi dari makanan cepat saji, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, makanan cepat saji adalah makanan yang pengolahannya dan penyajiannya dilakukan dengan serba cepat.
Berikutnya definisi menurut Wikipedia, makanan cepat saji adalah istilah untuk makanan yang dapat disiapkan dan dilayankan dengan cepat. Makanan cepat saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana.
Bertram (1975) mendefinisikan fast food sebagai makanan yang dapat disiapkan dan dikonsumsi dalam waktu yang singkat.
Oxford dictionary mendefinisikan fast food sebagai makanan yang dapat diolah dan disajikan dalam waktu yang singkat dan mudah dalam hitungan beberapa menit, terutama di snack bar atau rumah makan. Makanan cepat saji yang beredar saat ini tercatat 500-600 jenis.
2.1.2 Pengertian Junk Food
Junk food (makanan sampah) adalah istilah yang mendeskripsikan makanan yang tidak sehat, yang memiliki hanya sedikit kandungan nutrisi, rendah serat, vitamin, dan mineral tetapi memiliki kandungan gula, kalori, lemak, garam, dan zat aditif yang tinggi.
2.1.3 Pengertian Makanan Khas Daerah
Makanan khas daerah adalah makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, dengan citarasa khas yang diterima oleh masyarakat tersebut.
Berdasrkan kamus umum bahasa Indonesia (1976:1088) tradisional memiliki makna sebagai sesuatu yang sifatnya turun temurun dan menurut adat suatu daerah atau kawasan, sedangkan makanan memiliki artu sebagai sesuatu yang dimasukkan melalui mulut yang berfungsi memberi nutrisi kepada tubuh sehingga pengertian makanan tradisional secara sederhana berarti sebagai segala sesuatu yang dikonsumsi masyarakat suatu daerah secara turun temurun guna memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tubuhnya.
Pendapat Ernayanti (2003:2) dalam ensiklopedia makanan tradisional di Pulau Jawa dan Pulau Madura memberikan pengertian tentang makanan tradisional memiliki nilai budaya, tradisi, serta kepercayaan bersumber pada budaya lokal. Sangat berpengaruh terhadap pola makan suku-suku di Indonesia, termasuk diantaranya pemilihan bahan mentah, corak, dan tradisi makan serta kebiasaan makan dan cara penyajian. Makanan tradisional suatu daerah bisa menjadi cermin peradapan dan budaya suatu daerah, akan tepat disuguhkan serta dinikmati oleh masyarakat setempat pula.
2.1.4 Pengertian Konsumen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian konsumen adalah (1) pemakai barang hasil produksi (bahan pakaian, makanan, dan sebagainya), (2) penerima pesan iklan, (3) pemakai jasa (pelanggan dan sebagainya).
Menurut Philip Kotler, pengertian konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.
Menurut Aziz Nasution, konsumen pada umumnya adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu.
Menurut Tri Kunawangsih dan Anto Pracoyo, konsumen adalah mereka yang memiliki daya beli, yakni berupa pendapatan dan melakukan permintaan terhadap barang dan jasa
Sedangkan menurut Undang Undang Perlindungan Konsumen, pengertian konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan
2.1.5 Pengertian Produsen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, produsen adalah penghasil barang.
Menurut Magfuri, produsen adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran.
Menurut Imamul Arifin, produsen merupakan seseorang atau sekelompok orang yang melakukan proses kegiatan produksi atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan faktor produksi.
2.1.6 Perbedaan Fast Food dengan Junk Food
Kehadiran fast food langsung disukai oleh masyarakat karena cocok untuk gaya hidup orang modern. Cara penyajiannya cepat sehingga semua orang bisa menyantapnya sambil berdiri atau berjalan, bahkan sambil berjalan-jalan di taman kota. Bertahun-tahun gaya hidup serba instan itu berjalan, sampai akhirnya mereka tersadar bahwa maraknya fast food telah membuat jumlah orang gemuk di AS juga meningkat tajam. Sebenarnya fast food tidak sama dengan junk food (makanan sampah yang hanya padat kalori). Tidak semua fast food bisa disebut junk food. Yang penting dilakukan adalah bagaimana mengatur frekuensi makan fast food agar tidak dikonsumsi secara berlebihan. Fast food adalah makanan yang bisa disajikan dalam jangka waktu yang singkat, sedangkan junk food adalah kata lain untuk makanan yang jumlah kandungan nutrisinya terbatas. Umumnya yang termasuk dalam golongan junk food adalah makanan yang kandungan garam, gula, lemak, dan kalorinya tinggi, tetapi kandungan gizinya sedikit.
2.1.7 Perkembangan Makanan Cepat Saji
Makanan cepat saji mulai dikenal sejak abad 19 M. Seiring dengan dimulainya era industri di Amerika Serikat. Saat itu, masyarakat harus beradaptasi dengan dunia kerja industri yang serba cepat. Mereka harus bekerja sekitar 10 jam sehari dengan waktu istirahat yang pendek. Dengan demikian, masyarakat harus dapat memanfaatkan waktu makannya sebaik mungkin. Pada saat itu, makanan cepat saji masih berupa snack yang dijual di kios-kios.
a. Britania Raya
Makanan cepat saji telah ada di Britania Raya sejak setidak-tidaknya zaman Romawi, meskipun perbedaan antara menu makanan cepat saji dan restoran-restoran siap saji kasual kadang-kadang tidak jelas. Sebelum zaman modern, makanan cepat saji di negara ini termasuk pie daging dan pastri serta gorengan dan berbagai jenis kue. Pada Abad Pertengahan di berbagai kota besar bisa ditemukan toko pie atau dapur-dapur yang menjual makanan seperti ini. Pub dan kedai minuman setempat juga memberikan berbagai jenis "makanan cepat saji", meskipun tidak selalu tersedia cepat.
b. Amerika Serikat
Pada 1867, Charles Feltman, seorang tukang daging Jerman, membuka tempat penjualan hot dog pertama di Coney Island di Brooklyn, New York City, meskipun asal usul istilah ini masih diperdebatkan. World's Columbian Exposition (Chicago 1893) dan St. Louis World's Fair pada 1904 disebut sebagai promosi masal pertama untuk sejumlah makanan yang siap dibawa, termasuk hot dog, kerucut es krim dan teh es.Pada abad ke-20, bisnis gerai-gerai makanan cepat saji semakin menyebar hingga ke kawasan lain, seperti Afrika, Australia, dan Asia termasuk Indonesia dengan konsep waralaba.
2.1.8 Perkembangan Makanan Khas Daerah
Karakter masakan di suatu daerah biasanya mencerminkan karakter masyarakatnya. Daerah pegunungan mengahasilkan masakan dari sayur mayur. Karena iklim pegunungan yang dingin, umumnya masakannya serba panas atau pedas, untuk mengahangatkan badan. Penduduk di daerah pesisir sering kontak dengan orang asing atau daerah lain sehingga melahirkan banyak masakan campuran yang ikut memperkaya produk makanan khas daerah. Makanan khas daerah dipengaruhi oleh kebiasaan makan masyarakat masyarakat dan menyatu didalam sistim sosial budaya berbagai golongan etnik di daerah-daerah. Makanan tersebut disukai karena rasa, tekstur, dan aromanya sesuai dengan seleranya. Demikian juga dengan kebiasaan makanan khas daerah umumnya tidak mudah berubah, walaupun anggota etnik bersangkutan pindah ke daerah lain.
2.2 Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang relevan terkait penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Vania Pricilia. 2015. Judul penelitian adalah Pengaruh Makanan Luar Negeri Terhadap Makanan Tradisional dan Kesehatan Masyarakat Indonesia. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah dampak makanan luar negeri, baik itu dampak terhadap makanan tradisional maupun terhadap kesehatam masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makanan luar negeri mampu menggeser makanan tradisional. Maksud dari pernyataan makanan luar negeri mampu menggeser makanan tradisional adalah beredarnya makanan luar negeri di berbagai daerah telah menyebabkan pola makan masyarakat berubah. Masyarakat menjadi sangat konsumtif terhadap makanan luar negeri , sehingga masyarakat mulai mengabaikan makanan tradisional.
2.3 Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis atau dugaan sementara peneliti tentang penelitian yang dilakukan adalah peneliti menduga bahwa maraknya makanan cepat saji yang beredar di daerah Blitar dan sekitarnya mempengaruhi penjualan dan daya tarik makanan khas daerah. Pengaruh tersebut berupa penurunan minat masyarakat untuk membeli dan mengkonsumsi makanan khas daerah dibandingkan makanan cepat saji.
Selanjutnya, untuk mengetahui kebenaran dari hipotesis tersebut maka peneliti melakukan penelitian yang berdasar pada tujuan yang ingin dicapai.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di daerah Blitar dan sekitarnya khususnya SMA Negeri 1 Blitar dan UD makanan khas daerah.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2016 sampai bulan Maret 2016.
3.3 Bentuk dan Strategi Penelitian
3.3.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan penelitian fenomenologis. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan karya ilmiah yang menggunakan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dengan orang-orang atau perilaku yang dapat diamati terhadap status kelompok orang atau manusia, suatu obyek, dan suatu kelompok kebudayaan (Lexy J. Moleong 1991: 3). Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, dan masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan pada fakta-fakta yang tampak (Hadari Nawawi, 1995: 63).
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), pendekatan fenomenologi menunda semua penelitian tentang sikap yang dialami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epocheadalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epochemenjadi pusat dimana peneliti menyusuk dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.
3.3.2 Strategi Penelitian
Strategi peneltian yang digunakan adalah fenomenologis. Penelitian fenomenologi berawal dari gejala atau fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menafsirkan atau menginterpretasikan makna fenomena dengan teori yang sesuai karakteristik fenomena tersebut. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami dan apa adanya.
3.4 Sumber Data
Hasil penelitian deskriptif ditentukan oleh kualitas data, dan bukan oleh banyaknya data. Data yang berkualitas adalah data yang representative dan menyeluruh, maksudnya dapat mewakili ciri-ciri yang dipunyai kelompok yang lengkap. Oleh sebab itu data yang diambil dalam penelitian ini dipilih secara cermat. Data dalam penelitian ini diambil dari wawancara, observasi, dan browsing. Wujud data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah teks lisan dan tulis (campuran). Teks ini diperoleh dari transkripsi wacana wawancara narasumber (pemilik usaha makanan khas daerah) yang sudah direkam. Teks yang masih dalam bentuk lisan tentunya tidak dapat langsung dianalisis, untuk itu teks yang masih berbentuk lisan ditranskripsi sehingga membentuk teks. Teks tersebut selanjutnya dianalisis sesuai dengan masalah penelitian ini dengan mempertimbangkan aspek konteks dan wacananya. Dengan mempertimbangkan tujuan yang hendak dicapai, dalam penelitian ini panjang data dibatasi berdasarkan jumlah wacananya. Setelah itu data diseleksi berdasarkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian atau hal-hal yang ingin diketahui penulis. Agar dapat diperoleh data yang berkualitas, data tersebut diseleksi lagi berdasarkan teknik penyampaian pesan (monolog,dialog, dan percakapan). Hal ini dilakukan agar data yang diambil dapat mewakili kelompoknya. Data penelitian ini diambil pada bulan Februari 2016.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
2. Wawancara
Data dan informasi tentang objek yang penulis teliti ini didapatkan dengan cara menggunakan beberapa pertanyaan. Pihak yang kami wawancara adalah pemilik usaha makanan khas daerah.
3. Browsing melalui internet
Keberadaan internet sangat membantu peneliti dalam memudahkan pencarian data dan informasi mengenai objek yang diteliti sehingga peneliti dapat menggunakannya sebagai referensi dalam penulisan penelitian ini. Informasi tersebut berupa teks maupun gambar yang mendukung penulisan penelitian ini. Kegiatan browsing ini difokuskan untuk memperoleh data dan berbagai masukan yang akurat berkenaan denga objek penelitian yang sedang dilaksanakan.
3.6 Teknik Cuplikan atau Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik purposif. Teknik cuplikan purposif disebut juga pengambilan sampel bertujuan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan area probability sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan membagi sampel berdasarkan area.
3.7 Validitas Data
Keabsahan hasil penelitian merupakan kredibilitas hasil riset dan kekuatan ilmiah yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dibahas dengan strategi yang disusun untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas, untuk itu digunakan empat area pengukuran yang spesifik yaitu: (1) Credibility (validitas internal); (2) Tranferabilitas (validitas eksternal); (3) Dependability(ketergantungan); (4) Confirmability (netral) (Lincolm dan Guba, dalam Brockop, D, et, All, 2000).
Secara operasional credibility dapat dicapai dengan teknik member checkyaitu pada akhir wawancara setiap bahasan, peneliti mengulangi kembali garis besar hasil wawancara baik secara lisan maupun laporan tertulis kepada responden. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat memperbaiki hasil wawancara bila ada kekeliruan. Transferability (validitas eksternal) kriteria ini dapat dilihat tergantung pembaca hasil penelitian yaitu sampai dimana hasil penelitian digunakan dalam konteks tertentu. Apabila pembaca merasa ada keserasian dengan situasi yang dihadapinya maka penelitian ini memiliki transferability. Dependabillity (derajat ketergantungan) peneliti secara seksama mengikuti semua session yang berkaitan dengan interpretasi data. Semua catatan disimpan untuk rujukan selanjutnya dan refleksi yang akan datang. Comfirmabilitydilakukan dengan cara melakukan diskusi dengan pembimbing dan mengikuti secara terus-menerus semua hasil interpretasi yang berhubungan dengan analisa data. Comfirmability merupakan tahap akhir dari proses audit hasil penelitian. Comfirmability dapat dicapai apabila credibility, transferability, dan dependabillityterpenuhi (Brockoop, D, et, All, 2000).
3.8 Teknik Analisis
Adapun analisis data dalam ,etode kualitatif sebagai berikut :
3.8.1 Reduksi Data
Reduksi merupakan proses merubah rekaman data ke dalam pola, fokus, kategori, atau pokok permasalahan tertentu. Pada dasarnya reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan data, pemusatan perhatian dalam penyederhanaan data, pengabstrakan data, dan transformasi data kasar yang terdapat dalam catatan-catatan tertulis di lapangan
3.8.2 Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang disususn sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data juga dapat diartikan sebagai proses penulisan data yang telah direduksi. Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk teks naratif.
3.8.3 Verifikasi/Menarik Kesimpulan
Verifikasi atau menarik kesimpulan merupakan suatu kegiatan dalam pembentukan konfigurasi yang utuh. Kegiatan tersebut sudah dimulai sejak permulaan pengumpulan data dengan mencari arti mengenai segala hal yang telah dicatat atau disusun menjadi konfigurasi tertentu.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanankan di daerah Blitar dan sekitarnya, khususnya di SMAN 1 Blitar sebagai tempat peneliti melakukan observasi terhadap perilaku siswa SMAN 1 Blitar mengenai objek penelitian dan UD makanan khas daerah sebagai tempat pengambilan data melalui metode wawancara. Alasan peneliti memilih SMAN 1 Blitar sebagai lokasi penelitian adalah untuk mengetahui kondisi dan fakta-fakta mengenai hal-hal yang berkiatan dengan objek penelitian yang terdapat di SMAN 1 Blitar.
Penelitian juga dilaksanakan di beberapa UD makanan khas daerah. Di beberapa UD makanan khas daerah tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan pemilik UD. Dalam penelitian ini, peneliti memilih dua pemilik UD makanan khas daerah untuk diwawancara. Dua UD makanan khas daerah tersebut yakni UD “Dua Kelapa” milik Ibu Ida yang dekat dengan kota (Kademangan). Dan UD “Abela” milik Ibu Yulisieni yang terletak di daerah pelosok (Desa Kaligrenjeng, Wonotirto, Blitar). Tujuan peneliti memilih dua UD makanan khas daerah yang berbeda lokasi dari yang dekat dengan kota dan jauh dari kota (daerah pelosok) adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai perbedaan kondisi dan fakta-fakta tentang pengaruh makanan cepat saji terhadap makanan khas daerah Blitar yang diproduksi. Hasil wawancara dari dua UD yang berbeda lokasi tersebut kemudian diolah, dianalisis, dan dibandingkan sehingga peneliti dapat mengetahui perbedaan yang mendetail dari setiap UD.
4.2 Pokok-Pokok Temuan Penelitian
Berdasarkan data atau informasi yang diperoleh peneliti melalui observasi di SMAN 1 Blitar, peneliti menemukan pokok-pokok sebagai berikut :
· Sebagian besar siswa SMAN 1 Blitar membawa bekal dari rumah untuk dimakan pada jam istirahat. Sebagian yang lain membeli makanan yang dijual dari kantin sekolah. Bekal yang dibawa siswa pun bermacam-macam. Ada yang membawa makanan khas daerah juga ada yang membawa makanan cepat saji. Di kantin sekolah, makanan yang dijual sebagian besar merupakan makanan cepat saji seperti nasi pecel (termasuk makanan cepat saji dan makanan khas daerah), ayam goreng, lele goreng, jamur goreng, roti, dan berbagai jajanan lainnya.
Berdasarkan data atau informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara, peneliti menemukan pokok-pokok sebagai berikut :
a. Wawancara dengan pemilik UD Dua Kelapa, Ibu Ida :
· Jenis makanan khas daerah yang diproduksi adalah geti, jenang, wajik kletik, madu mangsa, satu asem, untruk yuyu.
· Produksi :
Geti yang diproduksi dalam 1 hari minimal 1 kwintal (habis dalam 1 hari), jika terdapat pesanan untuk acara-acara seperti hajatan, pernikahan, dan lain sebagainya produksi UD milik Ibu Ida lebih dari itu.
· Pengaruh makanan cepat saji terhadap UD milik Ibu Ida :
Menurut Ibu Ida makanan cepat saji tidak terlalu berpengaruh terhadap usaha dagang miliknya karena beliau berpendapat bahwa UD miliknya memiliki pasar atau langganan sendiri sehingga UD miliknya tinggal mengirim kepada pemesan. Pelanggan dari UD beliau pun semakin meningkat dari waktu ke waktu.
· Usaha yang dilakukan agar UD lebih maju :
Membeli mesin untuk mengepak geti sehingga produksinya lebih efisien.
b. Wawancara dengan pemilik UD Abela, Ibu Yulisieni :
· Jenis makanan khas daerah yang diproduksi adalah jenang dan wajik kletik.
· Pelanggan dari UD Abela :
Tetangga, warga 1 desa, warga dari desa lain yang memesan produk melalui telepon (nomor Ibu Yulis tertera di wadah atau kemasan produk). Jumlah pelanggan tergantung, sesuai situasi dan kondisi. UD Ibu Yulis tidak memproduksi makanan khas daerah setiap hari. Ibu Yulis hanya memproduksi makanan khas daerah apabila ada yang memesan saja. Pemesanannya pun tergantung, karena tidak setiap hari semua orang memiliki acara. Contohnya saja seperti acara pernikahan. Acara pernikahan dilakukan pada bulan-bulan tertentu karena masyarakat jawa mempercayai bulan-bulan tertentu Seperti bulan Suro, tidak boleh dilakukan pernikahan.
· Promosi :
Melalui nomor telepon yang tertera pada kemasan produk, kenalan 1 desa, kenalan kerja, serta melalui kerabat.
· Pengaruh makanan cepat saji terhadap UD milik Ibu Yulis :
Menurut pendapat Ibu Yulis, usaha miliknya sedikit menurun karena makanan cepat saji yang saat ini marak dijumpai. Menurut beliau memang makanan cepat saji menawarkan berbagai keunggulan yang layak diperhitungkan. Seperti jenis atau variasi, rasa, harga, tampilan, efisienitas, serta prestise. Menurutnya banyak orang yang membanding-bandingkan makanan khas produksinya dengan makanan cepat saji.
· Usaha yang dilakukan Ibu Yulis dalam mengatasi persaingan terutama dengan makanan cepat saji :
Menurunkan harga beberapa produk, kecuali jenang dan wajik kletik. Karena wajik kletik dan jenang harga bahan pokoknya mahal , seperti gula , kelapa, dan lain-lainya. Kecuali ketika harga bahan mentah tersebut menurun, maka Ibu Yulis berani menurunkan harga produk tersebut.
4.3 Pembahasan atau Analisis
4.3.1 Perbedaan Makanan Cepat Saji dengan Makanan Khas Daerah
Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu mengkonsumsi makanan sebagai pemenuh kebutuhan. Terdapat berbagai jenis dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Diantaranya makanan cepat saji dan makanan khas daerah. Makanan cepat saji atau yang biasa disebut dengan fast food merupakan makanan yang disajikan dalam waktu relatif cepat. Sedangkan makanan khas daerah merupakan makanan atau masakan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat tertentu. Terdapat banyak perbedaan antara kedua jenis makanan tersebut, diantaranya :
A. Asal
Makanan cepat saji kebanyakan berasal dari barat, seperti hamburger, pizza (junk food), dan lainnya. Akan tetapi ada juga yang berasal dari Cina (mie). Bahkan Indonesia pun memiliki makanan cepat saji seperti kerak telor, dan lain sebagainya. Walaupun kerak telor termasuk makanan khas daerah Jakarta, tetapi makanan tersebut dapat digolongkan kedalam makanan cepat saji karena kecepatan penyajiannya.
Makanan khas daerah Indonesia berasal dari daerah-daerah tertentu di Indonesia yang sifatnya turun temurun dan menurut adat daerah tersebut. Misalkan saja, makanan khas daerah Jawa Timur adalah rujak, makanan khas daerah Sumatra adalah rending, dan sebagainya.
B. Bahan utama
Bahan utama dari makanan cepat saji adalah bahan nabati atau hewani yang biasanya diberi zat tambahan.
Sedangkan bahan utama dari makanan khas daerah adalah bahan nabati atau hewani yang diolah atau dibumbui dengan rempah-rempah alami.
C. Kandungan
Kandungan makanan cepat saji :
1. Lemak jenuh
Junk food banyak mengandung lemak jenuh. Hal inilah yang kemudian membuat harga junk food sangat murah dan pada saat dipanaskan junk food dapat bertahan pada temperatur tinggi. Lemak jenuh berbahaya karena dapat menjadi biang kegemukan dan meningkatnya kadar kolesterol dalam darah. Keadaan ini akan memicu beberapa penyakit lainnya, seperti kanker, penyakit jantung, dan stroke.
2. Garam
Monosodium klorida atau natrium klorida atau yang sering kita sebut dengan garam merupakan kandungan junk food yang juga perlu disikapi. Per hari, kita dianjurkan untuk mengonsumsi garam tidak lebih dari 5 gram. Hali ini sangat dianjurkan untuk orang dewasa yang memiliki tekanan darah normal. Garam yang terkandung di dalam junk food biasanya relatif tinggi. Zat perasa ini memang kita butuhkan untuk membantu sistem metabolisme tubuh. Tetapi, konsumsi garam secara berlebihan akan meningkatkan resiko darah tinggi.
3. Gula
Gula yang terkandung di dalam junk food tak kalah tinggi. Minuman ringan, biskuit, kue, dan permen mengandung gula yang tinggi. Kelebihan gula dapat mengakibatkan obesitas. Hal ini akan berlanjut pada resiko terserang penyakit jantung dan obesitas. Kerusakan pada gigi, level kolesterol berguna berkurang, kadar lemak dalam darah yang berhubungan dengan diabetes meningkat, dan penyakit jantung, juga akan terjadi jika mengonsumsi gula berlebih.
4. Penambah cita rasa atau zat aditif sintetis
Zat aditif di dalam junk food sangat tinggi. Zat aditif umum digunakan untuk mengawetkan dan mempertahankan warna, rasa, dan bentuk makanan. Pada dasarnya zat aditif sintetis ini adalah sejenis natrium atau sodium yang menjadi sumber utama garam dapur dan vetsin atau MSG. Unsur-unsur inilah yang menjadi penggugah selera junk food.
5. Kalori berlebih
Junk food kebanyakan merupakan makanan cepat saji yang di dalamnya mengandung karbohidrat, gula, lemak sehat, dan garam. Satu porsi junk foodmengandung sejumlah besar kalori, akan tetapi nilai gizi di dalamnya hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji untuk menggantikan makanan bergizi dapat menyebabkan gizi buruk serta kesehatan yang buruk bagi tubuh.
6. Tidak mengandung bahan real food
Ada puluhan bahan kimia dalam setiap item makanan cepat saji, dari bahan pengawet hingga bahan penambah rasa, tekstur, dan warna. Meski berbentuk makanan, namun karena kandungan-kandungan tersebut membuat tidak satupun dari mereka adalah makanan, sehingga mereka tidak menambahkan manfaat gizi apapun bagi tubuh kita, bahkan dapat memicu timbulnya kanker.
7. Mengandung karbohidrat sederhana
Karbohidrat sederhana yang terkandung dalam roti, ayam goreng, dan jenis makanan cepat saji lainnya memiliki sifat yang cepat terurai menjadi gula, yang mengarah ke lonjakan cepat dalam gula darah dan insulin. Di sisi lain, biji-bijian dapat mencerna lebih lambat dan menyediakan energi berkelanjutan. Ketika seseorang mengkonsumsi karbohidrat sederahana, seseorang itu akan mendapatkan dorongan energy yang cepat, namun dalam beberapa jam ia akan merasa lemas dan akan merasa menginginkan karbohidrat lagi. Itulah mengapa makanan cepat saji kerap membuat kita ketagihan.
8. Natrium yang berlebihan
9. Rendah serat
10. Rendah vitamin
Kandungan makanan khas daerah :
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia. Umumnya, karbohidrat terdapat pada bahan pangan golongan serelalia seperti; beras, gandum, dan umbi-umbian. Contoh makanan khas daerah yang mengandung karbohidrat adalah nasi liwet, nasi jamblang, getuk.
2. Protein
Protein memiliki fungsi utama sebagai zat pembangun. Umumnya, protein terdapat pada hasil hewani seperti daging, ikan, telur, susu, dan hasil nabati seperti kacang-kacangan dan hasil olahannya. Contoh makanan khas daerah yang banyak mengandung protein adalah telur asin dan ayam betutu.
3. Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga kedua setelah karbohidrat dan dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan K. Lemak dibedakan menjadi lemak yang dapat dilihat dan lemak yang tidak dapat dilihat. Lemak yang dapat dilihat, seperti mentega, margarin, minyak goreng. Lemak yang tidak dapat dilihat, seperti lemak dari kacang tanah, lemak kemiri, kuning telur, susu. Contoh makanan khas daerah yang banyak mengandung lemak adalah rendangdaging dan bika ambon karena pada proses pembuatannya menggunakan santan kental.
4. Vitamin
Vitamin berfungsi untuk kelancaran metabolisme, menjaga daya tahan dan kekebalan tubuh. Sumber vitamin dan mineral yang terdapat pada hasil hewani, seperti danging, susu, dan telur. Sumber vitamin dari hasil nabati, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Contoh makanan khas daerah yang mengandung vitamin adalah karedok, keripik pisang.
D. Kemasan
Bahan yang digunakan untuk membungkus atau mengemas makanan cepat saji :
Plastik atau styrofoam (pembungkus mie instant dan nugget), PVC (polyvinyl clorida untuk pembungkus kembang gula), kaleng (makanan buah, susu, makanan lauk-pauk).
Unsur-unsur bahan pengemas tersebut berbahaya bagi konsumen karena terdapatnya zat plastic berbahaya seperti PVC yang dapat menghambat produksi hormon testosterone (Atterwill dan Flack, 1992) kemasan kaleng disinyalir mengandung timbal dan VCM yang bersifat karsinogenik yaitu memacu sel kanker dan styrofoam bersifat mutagenik (mengubah gen) dan karsinogenik.
Bahan yang digunakan untuk membungkus atau mengemas makanan khas daerah :
Pada umumnya, makanaan khas daerah dikemas menggunakan bahan-bahan organik seperti daun pisang, dan sebagainya. Sebagian yang lain dikemas menggunakan kertas minyak atau plastik.
E. Teknik Pengolahan
Teknik pengolahan makanan cepat saji :
Pada umumnya, makanan cepat saji yang tergolong junk food diolah dengan menggunakan teknologi yang tinggi. Seperti memanggang dengan alat panggang tertentu, menggoreng dengan alat tertentu, mendinginkan pada suhu tertentu, dan lain sebagainya.
Teknik pengolahan makanan khas daerah :
§ Persiapan bahan :
Menimbang, menyiang, mencuci, memotong, mengocok, merendam dalam cairan bumbu, menggiling, memanir.
§ Teknik memasak dengan pemanasan kering
Memanggang (baking dan roasting), menggoreng dalam minyak (deep frying), menggoreng dengan wajan dangkal (shallow frying/pan frying), memasak dengan sedikit minyak (Saute/ Menumis).
§ Memasak dengan pemanasan basah
Perebusan/Boiling, blanching, simmering, braising, setup (stewing), merebus (poaching), mengukus (steaming).
F. Jenis
Jenis-jenis makanan cepat saji :
1. Makanan gorengan
Golongan makanan ini pada umunya kandungan kalorinya tinggi, kandungan lemak/minyak dan oksidanya tinggi. Bila dikonsumsi secara regular dapat menyebabkan kegemukan, mengakibatkan hyperlipitdema dan sakit jantung korener. Dalam prosese menggoreng sering terjadi banyak zat karsiogenik, hal mana telah dibuktikan kecenderungan kanker bagi mereka yang mengkonsumsi makanan gorengan jauh lebih tinggi dari yang tidak / sedikit mengkonsumsi makanan gorengan.
2. Makanan kalengan
Baik yang berupa buah kalengan atau daging kalengan, kandungan gizinya sudah banyak dirusak, terlebih kandungan vitaminnya hampir seluruhnya mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitas dari bahan asalnya. Terlebih dari itu kandungan proteinnya telah mengalami perubahan sifat hingga penyerapannya diperlambat. Nilai gizinya jauh berkurang. Selain itu banyak buah kalengan berkadar gula tinggi dan diasup ke tubuh dalam bentuk cair sehingga penyerapannya sangat cepat. Dalam waktu singkat dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat, memberatkan beban pancreas. Bersamaan dengan tingginya kandungan kalori, juga dapat menyebabkan obesitas.
3. Makanan asinan
Dalam proses pengasinan dibutuhkan penambahan garam secara signifikan, hal mana dapat mengakibatkan kandungan garam makanan tersebut melewati batas, menambah beban ginjal. Bagi pengkonsumsi makanan asinan tersebut, bahaya hipertensi dihasilkan. Terlebih pada proses pengasinan sering ditambahkan amonium nitrit yang menyebabkan peningkatan bahaya kanker hidung dan tenggorokan. Kadar garam tinggi dapat merusak selaput lendir pada lambung dan usus. Bagi mereka yang secara kontinyu mengkonsumsi makanan asin dapat menyebabkan radang lambung dan usus.
4. Makanan daging yang diproses (ham, sosis, dll)
Dalam makanan golongan tersebut mengandung garam nitrit dapat menyebabkan kanker, juga mengandung pengawet/pewarna dll yang memberatkan beban hati / liver. Dalam ham, sosis, dll. kadar natriumnya tinggi, mengkonsumsi dalam jumlah besar dapat mengguncangkan tekanan darah dan memberatkan kerja ginjal.
5. Makanan dari daging berlemak dan jerohan
Walaupun makan ini mengandung kadar protein yang baik serta vitamin dan mineral, tapi dalam daging berlemak dan jerohan mengandung lemak jenuh dan kolestrol yang sudah divonis sebagai pencetus penyakit jantung. Makan jerohan binatang dalam jumlah banyak dan waktu lama dapat menyebabkan pernyakit jantung koroner dan tumor ganas (kanker usus besar), kanker payudara dll.
6. Olahan Keju
Sering mengkonsumsi olahan keju dapat menyebabkan penambahan berat badan hingga gula drah meninggu. Mengkonsumsi cake/kue keju bertelur menyebabkan kurang gairah makan. Konsumsi makanan berkadar lemak dan gula tinggi sering mengakibatkan pengosongan perut. Banyak kasus terjadinya hyperakiditas dan rasa terbakar.
7. Mi instant
Makanan ini tergolong makanan tinggi garam, miskin vitamin, mineral. Kadar garam tinggi menyebabkan beratnya beban ginjal, meningkatkan tekanan darah dan mengandung trans lipid, memberatkan beban pembuluh darah jantung.
8. Makanan yang dipanggang/dibakar
Mengandung zat penyebab kanker.
9. Sajian manis beku.
Termasuk golongan ini ice cream, cake beku dll. Golongan ini punya 3 masalah karena mengandung mentega tinggi yang menyebabkan obesitas karena kadar gula tinggi mengurangi nafsu makan juga karena temperature rendah sehingga mempengaruhi usus.
10. Manisan kering
Mengandung garam nitrat. Dalam tubuh bergabung dengan ammonium menghasilkan zat karsiogenik juga mengandung esen segai tambahan yang merusak fungsi hati dan organ lain, mengandung garam tinggi yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan memberatkan kerja ginjal
Jenis-jenis makanan khas daerah :
a. Masakan dari Jawa Barat
Ciri-ciri :
· Banyak menggunakan sayur-mayur mentah seperti karedok atau sekadar lalap mentah yang disantap bersama sambal.
· Sedikit pedas dan asam.
· Dominan masakan yang terbuat dari ikan.
Contoh makanan khas dari Jawa Barat ialah pepes ikan dan karedok.
b. Masakan Jawa Tengah
Ciri-ciri :
· Bawang putih sering jadi bumbu dominan.
· Banyak ditemukan masakan bersantan.
· Rasa manis lebih disukai daripada rasa lainnya.
Contoh makanan khas dari Jawa Tengah ialah gudeg.
c. Masakan Jawa Timur
Ciri-ciri :
· Banyak menggunakan terasi dan petis sebagai pemberi rasa pada masakan.
· Agak pedas.
· Masakan banyak dimatangkan dengan cara direbus, digoreng, dipepes, dan dibakar.
Contoh makanan khas dari Jawa Timur ialah rujak cingur
d. Masakan Sumatra
Ciri-ciri :
· Menggunakan banyak bumbu terutama masakan Sumatra Barat.
· Masakannya menggunakan banyak cabai hingga rasanya relatif pedas.
· Daerah Sumatra Selatan sangat suka masakan yang asam rasanya.
· Masakan banyak dimatangkan dengan cara direbus, dibakar, dan digoreng.
· Waktu memasaknya relatif lama.
· Masakan dari Sumatra Barat banyak menggunakan santan yang kental.
· Masakan dari sayur-mayur tidak banyak jumlahnya. Kalaupun ada, jenis sayurnya tidak bervariasi. Sayur yang sering dipakai antara lain daun singkong, kacang panjang, buncis, dan nangka muda.
Contoh makanan khas dari Sumatra ialah rendang.
4.3.2 Pengaruh Makanan Cepat saji Terhadap Makanan Khas Daerah
Makanan cepat saji merupakan makanan yang pengolahannya dan penyajiannya dilakukan dengan serba cepat. Makanan ini merupakan alternatif pemenuhan kebutuhan bagi orang-orang yang memiliki jam sibuk atau tidak memiliki waktu untuk memasak makanan sendiri. Selain kecepatan dalam penyajiannya, makanan ini juga memiliki rasa yang lezat dan harga yang lumayan terjangkau. Maraknya restoran cepat saji yang beredar saat ini terutama di daerah Blitar dan sekitarnya telah merubah pola kehidupan sebagian masyarakat setempat. Perubahan tersebut merupakan salah satu dari sekian perubahan yang timbul akibat pengaruh makanan cepat saji. Perubahan-perubahan tersebut berupa pola pikir, kebiasaan, serta daya tarik terhadap makanan khas daerah.
4.3.2.1 Pengaruh Terhadap UD Makanan Khas Daerah
Berdasarkan data yang kami peroleh dari wawancara, kami menyimpulkan pengaruh makanan cepat saji terhadap UD makanan khas daerah sebagai berikut :
Sebenarnya, pengaruh makanan cepat saji terhadap UD makanan khas daerah tidak dapat dinilai secara langsung. Pengaruh makanan cepat saji terhadap UD makanan khas daerah tergantung beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut seperti kualitas produk, kebersihan produk dan kebersihan tempat penjualan produk, harga produk, jumlah produk, macam produk, serta beberapa hal lainnya sampai lokasi penjualan produk. Berdasarkan data yang kami peroleh dari wawancara dengan pemilik UD yang berbeda lokasi (UD Dua Kelapa di Kademangan dan UD Abela di Kaligrenjeng, Wonotirto), kami menyimpulkan sebagai berikut.
Makanan cepat saji yang beredar tidak terlalu mempengaruhi penjualan produk di UD Dua Kelapa. Hal ini dikarenakan produk yang dijual dalam UD tersebut beraneka macam. Dari geti, jenang, wajik kletik, madu mangsa, satu asem, untruk yuyu, dan berbagai kue kering. Selain itu, UD Dua Kelapa mempunyai beberapa pelanggan tetap yang salalu memesan makanan khas daerah produknya dalam jangka waktu tertentu. UD Dua Kelapa selalu memproduksi makanan khas daerah setiap hari, misalnya geti satu kwintal per hari. Akan tetapi pelanggan-pelanggan yang membeli langsung (ke UD Dua Kelapa) tanpa memesan sedikit menurun karena banyaknya penyedia makanan cepat saji di daerah Kademangan dan sekitarnya.
Makanan cepat saji yang beredar mempengaruhi penjualan produk di UD Abela. Hal ini dikarenakan banyak pelanggan dari UD Abela yang lebih memilih produk makanan cepat saji dibandingkan produk dari UD tersebut. Pertimbangannya, makanan cepat saji menawarkan berbagai keunggulan yang layak diperhitungkan. Seperti jenis atau variasi, rasa, harga, tampilan, efisienitas, serta prestise. Pelanggan dari UD Abela tidak tetap. Tidak seperti UD Dua Kelapa yang mempunyai beberapa pelanggan tetap yang selalu memesan makanan khas daerah produknya dalam jangka waktu tertentu. UD Abela hanya membuat produk makanan khas daerah apabila ada yang memesan (tidak setiap hari). Jadi, tidak ada pelanggan yang membeli langsung (tanpa memesan di UD nya). Hal itu dikarenakan letak UD Abela yang lebih terpelosok dibanding letak UD Dua Kelapa.
Jadi, letak suatu UD makanan khas daerah juga mempengaruhi penjualan produk di UD tersebut.
4.3.2.2 Pengaruh Terhadap Daya Tarik Makanan Khas Daerah
Makanan khas daerah merupakan segala sesuatu yang dikonsumsi masyarakat suatu daerah secara turun temurun guna memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tubuhnya. Makanan khas daerah memiliki nilai budaya, tradisi, serta kepercayaan bersumber pada budaya lokal. Sangat berpengaruh terhadap pola makan suku-suku di Indonesia, termasuk diantaranya pemilihan bahan mentah, corak, dan tradisi makan serta kebiasaan makan dan cara penyajian. Makanan tradisional suatu daerah bisa menjadi cermin peradapan dan budaya suatu daerah, akan tepat disuguhkan serta dinikmati oleh masyarakat setempat pula. Saat ini, makanan khas suatu daerah dapat dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat daerah lainnya. Hal ini dikarenakan perkembangan zaman danteknologi yang memungkinkan untuk mengeksplor suatu daerah tanpa datang ke daerah tersebut. Selain itu, makanan suatu daerah bisa dikenal dan dirasakan oleh daerah lain karena perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, dan sebagainya.
Selain keuntungan, perkembangan zaman dan teknologi juga menyebabkan kerugian tersendiri bagi suatu daerah. Misalnya saja kebudayaan atau makanan khas daerah yang diakui oleh daerah atau bangsa lain, seperti hal-hal yang sering terjadi di negara kita, Indonesia. Banyak kebudayaan kita yang diakui oleh negara tetangga, seperti reog, batik, dan lainnya. Selain itu, perkembangan zaman juga menyebabkan daya tarik makanan khas daerah tersaingi oleh produk makanan cepat saji yang kebanyakan dari luar negeri (burger, mie, pizza, dll.). Makanan cepat saji merupakan makanan yang dibuat dan disajikan dengan cepat. Makanan cepat saji beredar luas dan digemari oleh masyarakat karena makanan cepat saji menawarkan berbagai keunggulan yang layak diperhitungkan. Seperti kecepatan penyajian dan pelayanan, jenis atau variasi, rasa, harga, tampilan, dan efisienitas. Selain itu, makanan cepat saji dianggap memiliki prestise yang tinggi (mewah). Sebenarnya , tidak semua makanan cepat saji itu mewah. Makanan gorengan yang dijual di pinggiran jalan bisa juga disebut makanan cepat saji karena dibuat dan disajikan dengan cepat. Walaupun demikian, makanan cepat saji yang dijual dijalanan seperti gorengan, minuman dingin, dan lain sebagainya tetap saja digemari masyarakat. Sehingga masyarakat menjadi konsumtif terhadap makanan cepat saji dan mulai meninggalkan makanan khas daerah.
Namun, menurunnya minat sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi makanan khas daerah tidak hanya disebabkan oleh beredarnya makanan cepat saji saja. Tentunya ada faktor-faktor lain seperti sulitnya menemukan penjual makanan khas daerah, selera, dan lain-lain. Memang sebagian masyarakat sangat gemar mengkonsumsi makanan cepat saji. Tapi sebagian masyarakat yang lainnya lebih memilih makanan khas daerah. Hal iti disebabkan beberapa faktor seperti faktor gizi, harga, tradisi, dan lain sebagainya.
Jadi, pengaruh makanan cepat saji terhadap daya tarik makanan khas daerah tidak dapat dinilai secara langsung. itu semua tergantung pada diri kita masing-masing. Apakah kita ingin mengkonsumsi makanan khas daerah atau makanan cepat saji.
4.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Cenderung untuk Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji dibanding Makanan Khas Daerah
Kehadiran makanan cepat saji dikalangan masyarakat telah merubah pola kehidupan masyarakat. Masyarakat yang dulunya senang mengkonsumsi makanan khas daerah beralih mengkonsumsi makanan cepat saji. Perubahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Kecepatan penyajian dan pelayanan di restoran makanan cepat saji.
2. Desain interior restoran makanan cepat saji yang dibuat menarik dan bersih.
3. Fasilitas restoran makanan cepat saji yang lebih menarik.
4. Produk makanan cepat saji yang lebih variatif di banding makanan khas daerah.
5. Harga makanan cepat saji yang lebih mahal dibanding makanan khas daerah sehingga dianggap lebij mewah.
6. Prestise makanan cepat saji yang dinilai lebih tinggi daripada makanan khas daerah. Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa makanan cepat saji lebih elit dibanding makanan khas daerah.
7. Penjual makanan khas daerah cenderung lebih sulit ditemui dibanding penjual makanan cepat saji.
8. Menganggap bahwa makanan cepat saji lebih enak dibandingkan makanan khas daerah.
4.3.4 Usaha yang dilakukan untuk Meningkatkan Konsumsi Makanan Khas Daerah di Daerah Blitar dan Sekitarnya
Makanan khas daerah merupakan makanan khas yang terdapat pada daerah-daerah tertentu. makanan khas daerah memiliki nilai budaya, tradisi, serta kepercayaan bersumber pada budaya lokal. Sangat berpengaruh terhadapa pola makan suku-suku di Indonesia, termasuk diantaranya pemilihan bahan mentah, corak dan tradisi makan serta kebiasaan makan dan cara penyajian. Sebagai manusia yang menduduki daerah tertentu, kita seharusnya menjaga kebudayaan khas daerah tersebut. Seperti tarian khas, kebiasaan khas, serta makanan khas daerah. Usaha yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan konsumsi makanan khas daerah terutama di daerah Blitar dan sekitarnya adalah sebagai berikut :
1. Membangun kesadaran masyarakat untuk melakukan peningkatan
kualitas konsumsi melalui penganekaragaman dan diversifikasi konsumsi pangan.
2. Membangun partisipasi masyarakat dalam mengembangkan
makanan khas daerah bagi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.
3. Menumbuhkan kesadaran dari diri sendiri untuk tetap melestarikan
makanan tradisional karena hal tersebut bisa dibilang adalah jati diri suatu daerah. Walaupun hanya dengan sedikit kesadaran, hal tersebut akan menyelamatkan makanan tradisional di negeri ini.
4. Berpartisipasi dalam acara-acara yang berhubungan dengan kuliner
tradisional Indonesia dan juga tidak lupa untuk mengajak orang lain sehingga mereka tertarik untuk ikut menjaga atau melestarikannya.
5. Pemberdayaan Masyarakat. Dalam hal ini adalah berupa
peningkatan peran masyarakat dalam pengembangan konsumsi makanan khas daerah yang meliputi peningkatan pengetahuan atau kesadaran dan peningkatan pendapatan untuk mendukung kemampuan akses makanan khas daerah oleh seluruh masyarakat.
6. Sosialisasi. Memasyarakatkan dan meningkatkan apresiasi
masyarakat dalam pengembangan konsumsi makanan khas daerah melalui promosi, kampanye, penyebaran informasi melalui media massa (cetak dan elektronik), lomba cipta menu, dan pemberian penghargaan.
Berdasarkan hasil wawancara, usaha yang dilakukan UD makanan khas daerah untuk meningkatkan penjualan makanan khas daerah :
1. Meningkatkan teknologi yang digunakan untuk memproduksi makanan khas daerah
2. Membuat inovasi baru yang dapat menarik perhatian atau minat konsumen. Misalnya membuat wajik kletik yang memiliki variasi rasa, seperti rasa nanas, kacang hijau, dan lain sebagainya.
3. Membuat iklan mengenai produk yang dibuatnya.
4. Melakukan promosi kepada rekan, kerabat, tetangga, dan lainnya agar produk yang dibuat smakin dikenal masyarakat umum.
4.3.5 Analisis Terhadap Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang kami lakukan sedikit berbeda dengan hasil penelitian dari Vania Pricilia (2015), yang berjudul Pengaruh Makanan Luar Negeri Terhadap Makanan Tradisional dan Kesehatan Masyarakat Indonesia. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa makanan cepat saji yang beredar di masyarakat mempengaruhi daya tarik makanan khas daerah. Pengaruh tersebut berupa menurunnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi makanan khas daerah dibandingkan makanan cepat saji. Berbeda dengan hasil penelitian dari Vania Pricilia, perubahan minat masyarakat untuk mengkonsumsi makanan khas daerah dibanding makanan cepat saji tersebut tidak dapat dinilai secara langsung. Tentunya ada beberapa faktor lain yang menyebabkan turunnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi makanan khas daerah selain karena beredarnya makanan cepat saji. Seperti sulitnya menemukan penjual makanan khas daerah, dan lain sebagainya. Memang sebagian masyarakat sangat gemar mengkonsumsi makanan cepat saji. Tapi sebagian masyarakat yang lainnya lebih memilih makanan khas daerah. Hal iti disebabkan beberapa faktor seperti faktor gizi, harga, tradisi, dan lain sebagainya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah terpapar dalam BAB I – BAB V, maka dapat ditarik simpulan penelitian dalam bab ini. Simpulan tersebut dikemukakan secara berturut-turut sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah terpapar dalam BAB I, yaitu:
Makanan cepat saji adalah makanan yang pengolahannya dan penyajiannya dilakukan dengan serba cepat. Makanan cepat saji berbeda dengan junk food. Junk food merupakan istilah yang mendeskripsikan makanan yang tidak sehat, yang memiliki hanya sedikit kandungan nutrisi. Jadi tidak semua makanan cepat saji tergolong junk food. Sedangkan makanan khas daerah adalah makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, dengan citarasa khas yang diterima oleh masyarakat tersebut. Letak perbedaan kedua jenis makanan tersebut(makanan cepat saji dan makanan khas daerah) terdapat pada tempat asalnya, bahan utama, kandungan, kemasan, teknik pengolahan, serta jenisnya.
Dampak makanan cepat saji terhadap makanan khas daerah tidak dapat dinilai secara langsung. Tentunya ada beberapa faktor lain yang menyebabkan turunnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi makanan khas daerah selain karena beredarnya makanan cepat saji. Seperti sulitnya menemukan penjual makanan khas daerah, selera, dan lain sebagainya.
Sebagai masyarakat Blitar, kita harus meningkatkan konsumsi makanan khas daerah Blitar dan sekitarnya sebagai salah satu perwujudan cinta kita terhadap Kota Blitar. Usaha yang dapat kita lakukan yaitu Berpartisipasi dalam acara-acara yang berhubungan dengan kuliner tradisional Indonesia, pengembangan konsumsi makanan khas daerah melalui promosi, kampanye, penyebaran informasi melalui media massa (cetak dan elektronik), lomba cipta menu, dan pemberian penghargaan, serta menumbuhkan kesadaran diri untuk menjaga kelestarian makanan khas daerah dengan mengkonsumsinya.
5.2 Saran
Setelah pembahasan beberapa bab di atas, penyusun ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Mengurangi konsumsi makanan cepat saji karena sebagian besar makanan cepat saji merupakan junk food yang tidak baik untuk kesehatan.
2. Memilih untuk mengkonsumsi makanan khas daerah dibanding makanan cepat saji. Karena makanan khas daerah lebih bergizi, sehat, dan terjangkau dibanding makanan cepat saji.
3. Meningkatkan konsumsi makanan khas daerah agar tidak kalah saing dengan makanan cepat saji.
4. Memperkenalkan makanan tradisional Indonesia ke daerah-daerah luar negeri agar makanan tradisional itu dikenal oleh orang-orang luar sebagai makanan khas Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi III. Jakarta: PT Balai Pustaka.
LAMPIRAN
Pertanyaan yang peneliti ajukan saat wawancara kepada narasumber sebagai berikut :
1. Makanan khas daerah jenis apa yang diproduksi di UD Anda?
2. Siapakah yang biasa memesan produk ini?
3. Kira-kira berapakah produk yang Anda produksi dalam waktu sehari?
4. Bagaimana cara Anda memperkenalkan produk ini?
5. Apakah makanan cepat saji berpengaruh terhadap usaha Anda?
6. Bagaimana usaha Anda untuk memajukan atau mengatasi persaingan terutama dengan makanan cepat saji?
Gambar
Makanan Khas Daerah (Wajik Kletik)
UD Makanan Khas Daerah
Wawancara dengan pemilik UD makanan khas daerah