Mesir Kuno selalu menjadi subyek kekaguman bagi seluruh dunia. Ketika seluruh dunia sedang mencari cara hidup yang beradab, peradaban Mesir Kuno hampir mencapai puncaknya. Tidak hanya menciptakan sistem teknologi canggih seperti kalender dan jam, tetapi juga tahu bagaimana membaca dan menulis. Mereka telah mengembangkan sistem yang disebut hieroglif, di mana gambar dan simbol mewakili suara dan kata-kata. Di bawah ini ada beberapa simbol yang biasa digambarkan masyarakat Mesir Kuno:
Ankh adalah sebuah simbol Mesir Kuno berbentuk salib berkepala putaran kunci. Simbol ini juga disebut sebagai “Kunci Kehidupan”, “Kunci Sungai Nil” atau “Nafas Kehidupan” yang kesemuanya bermakna kekekalan. Sebagian besar dewa-dewi Mesir Kuno terlihat memegang Ankh. Dipercaya bahwa orang-orang membutuhkan “nafas kehidupan” setelah kematian yang dalam kepercayaan mereka berarti akhirat. Ankh sering muncul dalam lukisan-lukisan di makam-makam Mesir Kuno yang menggambarkan dewa dari akhirat memberi anugerah berupa “nafas kehidupan” kepada si mati. Masyarkat Mesir Kuno juga merepresentasikan simbol ini dalam bentuk jimat.
Amenta menandakan dunia orang mati, yaitui dunia bawah atau tanah, tempat di mana orang mati dikuburkan dan dimulainya perjalanan akhirat. Amenta diyakini sebagai tanah mitos yang disebut dalam literatur Mesir sebagai “Gurun Amenta.” Namun demikian, tanah Amenta diyakini sebagai wilayah yang terletak di dekat tepi barat Sungai Nil di mana orang mati umumnya dikuburkan. Alasan adalah matahari terbenam di barat (terbenam = mati). Simbol ini ditemukan pada lukisan-lukisan di gulungan papirus kuno. Juga ditemukan dalam teks-teks hieroglif yang ada hubungannya dengan kematian dan kehidupan akhirat.
Pilar Djed adalah simbol mitos yang paling umum digunakan dalam mitologi Mesir Kuno. Melambangkan kekuatan dan stabilitas, simbol ini awalnya dikaitkan dengan penciptaan Ptah yang disebut sebagai “Yang Mulia Djed.” Kemudian, Pilar Djed dihubungkan dengan tulang punggung Osiris, Dewa Akhirat. Bentuknya sendiri menyerupai tulang punggung manusia. Pilar Djed sering ditampilkan di bagian bawah peti mati di mana tulang punggung si mati akan ditempatkan. Selain itu, Pilar Djed juga dibuat dalam bentuk jimat dan ditempatkan di dekat punggung mumi untuk memastikan kebangkitannya.
Bagi masyarakat Mesir Kuno, Ba melambangkan jiwa atau kepribadian seseorang. Mesir Kuno percaya bahwa Ba akan hidup, meskipun seseorang telah meninggal dunia secara fisik. Ba sendiri digambarkan sebagai burung berkepala manusia yang berangkat dari makam almarhum. Dari sudut pandang lain, Ba dihubungkan dengan hak-hak ilahiah raja di mana raja bertindak sebagai mediator antara Tuhan dan rakyatnya. Dalam pengertian ini, firaun dianggapt sebagai Ba Tuhan.
Mata Horus melambangkan keamanan fisik, kebangsawanan dan kesejahteraan. Horus adalah dewa langit Mesir Kuno yang digambarkan sebagai elang. Ia adalah anak Osiris dan mata kanannya dikaitkan dengan Ra, dewa matahari. Konon, mata kanannya telah dipotong oleh saudaranya, Set, dalam suatu pertempuran sengit di antara keduanya. Setelah pulih, ia menawarkan matanya untuk Osiris dengan harapan dapat menghidupkan kembali ayahnya. Oleh karena itu, Mata Horus juga mewakili kualitas pengorbanan dan kuratif. Kadang-kadang, mata kiri Horus digunakan sebagai simbol bulan. Simbol ini diwujudkan sebanyak tujuh macam dengan menggunakan tujuh hieroglif yang berbeda.
Simbol ini menandakan salah satu bentuk Dewa Horus Behdety yang diambilnya dalam sebuah pertempuran. Bentuknya berupa lingkaran matahari yang memiliki sayap dan merupakan simbol umum yang dapat ditemukan dalam banyak kebudayaan di seluruh dunia. Menurut mitologi Mesir Kuno, Dewan Thoth menggunakan sihirnya untuk mengubah Dewa Horus menjadi cakram bersayap, kemudian Dewi Uazet dan Nekhbet bergabung dengannya dalam bentuk ular. Ini adalah simbol perlindungan dan kecakapan yang dicatkan pada pintu makam dan gulungan papirus Mesir Kuno.
Maat adalah Dewi Mesir Kuno yang mengatur dunia agar pada saat penciptaan dan mencegah alam semesta dari kekacauan. Dengan demikian, Maat melambangkan ketertiban, keseimbangan, kesejahteraan, keadilan, nilai-nilai moral dan etika. Bulu Maat menjadi representasi simbolis dari kedewian dirinya di mana bulu itu menghiasi kepala dan menjadi atribut pembedanya. Lukisan kuno menunjukkan bahwa firaun juga mengenakan bulu dalam bentuk jimat atau liontin. Ini adalah simbol dari tanggung jawab mereka dalam hukum, ketertiban dan keadilan sosial. Jika firaun meninggal secara mendadak, penting untuk memilih penggantinya sesegera mungkin karena kepercayaan umum yakin bahwa tidak adanya firaun untuk menanggung bulu, bulu itu akan hilang dan dunia akan terlempar ke dalam kekacauan. Juga dipercaya bahwa jika bulu beratnya melebih dari hati si mati, berarti hati si mati dipenuhi dosa dan dengan demikian akan dihukum oleh Ammit, tukang siksa orang mati. Sebaliknya, jika hati si mati lebih ringan dari bulu, berarti si mati bebas dari dosa sehingga dapat memiliki akses ke dunia Osiris. Oleh karena itu, bulu ditempatkan di dekat jantung orang yang sudah mati.
Scarab adalah sebuah simbol penting dalam bentuk kumbang kotoran. Kumbang kotoran bertelur di bola kotoran dengan menggulungnya di tanah. Praktek ini disamakan dengan matahari yang bergulir melintasi langit yang sekaligus melambangkan fenomena penciptaan spontan kumbang kotoran yang datang di kehidupan ketika telur menetas. Dengan demikian, Scarab mewakili ide-ide manifestasi, pertumbuhan dan efektifitas. Dalam hieroglif kuno, simbol ini dihubungkan dengan nama matahari pagi, Khepri, sehingga Scarab juga melambangkan eksistensi dan penciptaan. Scarab terbuat dari bahan seperti steatit dan tanah liat yang digunakan dalam bentuk jimat dan segel. Scarab juga ditempatkan dalam perban mumi, di dekat hati almarhum. Menariknya, segel Scarab dipejualbelikan ke negeri-negeri jauh, seperti Mediterania dan Mesopotamia. Pada saat yang sama, imitasi Scarab ditemukan di Yunani.
Orang-orang Mesir Kuno memiliki banyak konsep yang berkaitan dengan siklus kehidupan dan kematian. Ka merupakan elemen yang membuat perbedaan antara orang hidup dan orang mati. Dengan kata lain, Ka merupakan nafas seseorang yang tidak ada lagi pada kematiannya. Orang Mesir Kuno percaya bahwa Ka bisa dipertahankan dan dipulihkan melalui makanan dan minuman. Oleh karena itu, mereka membuat persembahan makanan dan minuman untuk si mati sehingga ia bisa hidup di akhirat dengan mudah. Ka digambarkan dalam bentuk dua tangan yang sikunya ditekuk ke atas. Ka, sebagai simbol, dapat ditemukan di hieroglif, makam dan permukaan bagian dalam piramida.
Gundukan Primordial merupakan simbol yang berhubungan dengan mitos penciptaan orang-orang Mesir Kuno. Mereka percaya bahwa hanya ada satu bukit (gundukan) yang muncul dari laut kekacauan pada awal waktu yang digambarkan sebagain tanah kering. Menurut gundukan ini, semua kehidupan di bumi menjadi entitas primordial yang bertanggung jawab atas evolusi kehidupan. Gundukan ini merupakan inspirasi atas pembangunan piramida dan kuil-kuil kuno mereka.
Sumber http://kabarmasasilam.blogspot.co.id/2012/11/simbol-simbol-mesir-kuno-dan-maknanya.html?m=1