cara pembuatan inokulum tradisional berupa usar, yang banyak roduksi dan digunakan di daerah Yogyakarta, antara lain dilaporkan uutono (1986). Pada mulanya disiapkan biji kedelai dengan direndam, dikopas. Dikupas dan juga diinokulasi dengan inokulum (usar) yang baik, arti balnya kalau akan diolah menjadi tempe. Kemudian disiapkan daun sang yang dipotong-potong kecil dan diberi berlubang-lubang dengan kan pada bagian belakang (yaitu daun pisang tersebut lala diletak.mya Daun waru bagian yang berbulu) dari daun waru yang rapi yang sebaiknya yang tulang cus silimil) Kemudian dengan beralaskan pisang seperti diuraikan di atas diletakkan sejumlah biji kodelai yang diinokulasi, dan diratakan (kira kira hanya terdiri dari satu la membentuk luasan dengan diameter sekitar diletakkan daun nya dengan posisi terlentang, jalru yang saling membelakangi, Sepuluh lapisan daun waru dan bi kedelai seperti diuraikan di atas ditumpuk satu di atas yang lainnya dan ditalikan. Gulungan gulungan lapisan daun waru dan biji kedelai tersebut lalu diinkubasikan pada suhu kamar selama 2 hari.Selam inkubasi, jamur benang akan tumbuh pada biji juga akan menembus lubang-lubang pada damn pisang dan tumbuh dipermukian berbulu dari daun waru lainnya. Setelah inkubasi selesai, dibuka dan daun pisangnya dilepas dengan hati-hati. Akan diperoleh dua macam usar, yaitu usar yang hanya terdiri dari miselia dan spora jamur benang yang menempel pada daun waru, dan satu lagi usar yang terdiri dari miselia dan spora yang tumbuh pada biji kedelai daun waru. Cara penyimpanan usar ialah dengan menggandeng 2025 lembar usar pada gagang daunnya, kemudian digantungkan pada suhu kamar Produksi usar dalam skala yang lebih besar dilakukan dalam bentuk umpukan berlapis lapis dengan jumlah banyak, antara lain dikerjakan di Bandung, seperti diuraikan oleh Surtleff dan Aoyagi 1985) seperti berikut.
Lembaran plastic dihamparkan pada nampan kayu yang dasarnya berusuk tusuk (berukuran kira-kira 36 inci x 16 inci x 1,25 inci atau 90 cm x 40 cm x 3 cm), Lapisan-lapisan daun waru yang menggapit biji kedelai yang telah teriookulasi (seperti diutarakan sebelumnya) ditata diatas lembaran plastik didalam nampan, ditumpuk menjadi 4-5 lapisan sampai nampanya penuh Kemudian plastiknya an menutup tumbukan lapisan biji kedelai dalam gapita daun waru. Empat sampai enam nampan dengan lapisan serupa disusun bertumpuk satu diatas yang lainnya, kemudian ditutup dengan karung goni dan diinkubasikan dengan dibiarkan di atas landai yang bersih. Setelah sampai 6 jam inkubasi biasanya akan terbentuk panas akibat aktivitas pertumbuhan jamur, sehingga tumpukan nampan perlu dibongkar, Nampan berisi lapisan-lapisan biji yang terjepit alu dipindahkan inkubasinya pada inkubasi, ditata satu persatu, tidak di tumpuk lagi, inkubasi pada rak ini selama kira kira 24 jam sampai mengalami sporulasi selimut plastik yang berlubang-lubang terse buat menjamin aliran udara untuk kebutuhan pertumbuhan dan sporu lasi jamur selama masa inkubasi. Selimut itu juga menahan panas jam-jam awal inkubasi sehingga suhunya hangat, tot api adanya aliran udara pada saat tumpukan n sekaligus juga menjadi sarana pendingin sehingg tidak berlebih. Jika sporulasi yang diinginkan tercapai selimut dibuka dan gapitan daun waru juga untuk lapis di dalam nampan lagi, scbagai lembaran-lembaran an lembaran lembaran lepas. Beberapa pengrajin usar meng yang telah dibongkar itu segera setelah sporulasi i Rhiropus oli gosporur sebagal inokulu
Artikel keren lainnya: